Solo Square (SS) Jumat (22/6) sore tak ubahnya saat weekend. Lantai dasar penuh dengan orang lalu lalang, masuk ke butik pakaian, releksasi di kedai kopi atau sekedar melihat-lihat display sepeda kayuh yang dipajang di salah satu sudut ruangan.
Salon Christopher yang berada di lantai yang sama juga ramai. Hampir setiap kursi selalu ada yang menduduki, para wanita dari mulai yang muda hingga yang tua. Namun teman-teman yang saya tunggu belum juga kelihatan.
Tak sampai sepuluh menit penantian saya terbayar. Dari arah pintu masuk terlihat tiga orang wanita berjalan berdampingan menuju ke salon. High heels (sepatu bertumit tinggi lancip) dan wedges (sepatu dengan sol tebal) membuat tubuh mereka yang ramping terlihat menjulang. Label Rotelli, brand Eropa dengan harga penawaran produk minimal Rp 1 juta, yang tersemat di barang-barang yang mereka kenakan memberi isyarat jelas dari kalangan mana mereka berasal.
Seorang pegawai salon dengan sigap menyambut kedatangan tiga wanita itu. Salah satu dari mereka, Rinda tahu pasti apa yang dia mau. Ibu dari dua anak itu langsung meminta pelayanan cuci rambut dan blow. Aling, rekannya memilih pelayanan medicure dan pedicure sementara Vero memutuskan untuk menunggu saja kedua rekannya mengikuti perawatan di salon. Dia siap menjadi “tong sampah”, pendengar berbagai keluh kesah rekannya.
Rinda langsung memejamkan mata saat pegawai salon mengguyur rambut hitamnya yang panjang. Pijatan-pijatan yang menyentuh kulit kepalanya membuatnya tak sanggup membuka mata. Begitu rileks kata Rinda. Baru setelah perawatan rambut masuk pada tahap membuat ikal nonpermanen, Rinda bisa bercerita banyak.
“Sore ini memang mau jalan-jalan. Akhirnya sekalian saja dengan menata rambut. Jadi nanti pas nongkrong kelihatan bagus. Kalau setelah menata rambut terus pulang, jelas sayang kan... Tidak mungkinlah,” ujarnya tergelak. Karena rambut ikalnya bersifat nonpermanen maka saat kembali ke rumah bentuk rambutnya akan kembali lurus.
Bukan hanya untuk perawatan rambut namun Rinda mengaku memang sangat mencintai salon dan tempat perawatan tubuh. “Rata-rata biaya perawatan rambut hanya Rp 500.000/bulan. Itu sudah termasuk untuk pembelian vitamin, cream dan macam-macam lainnya supaya rambut kita menjadi hitam dan sehat,” jelasnya.
Sedang untuk perawatan tubuh mulai dari massage hingga spa membutuhkan biaya yang relatif sama. Rinda mengaku harus mengeluarkan uang kurang lebih Rp 1,5 juta/bulan untuk membiayai perawatan tubuhnya secara keseluruhan. Biaya itu sudah termasuk biaya rutin luluran sepekan sekali.
Namun itu saja belum cukup. Customer Impressions ini mengaku sudah dua tahun mengikuti perawatan tubuh khususnya perawatan wajah dan payudara. Total biaya untuk kurang lebih lima paket perawatan itu mencapai Rp 50 juta.
“Kalau dipikir-pikir memang banyak. Tapi bagaimana ya kalau saya suka? Saya ini tipe yang menyukai keindahan. Tubuh yang bagus, rambut yang bagus, penampilan yang bagus akan lebih enak dilihat daripada yang tidak pernah dirawat. Maksud saya tubuh memang perlu dirawat. Bukan hanya untuk kita tapi juga untuk orang lain,” ujarnya.
Meski sudah menjalani berbagai macam perawatan, Rinda mengaku untuk mendapatkan penampilan yang sempurna, olahraga tetap dibutuhkan. Oleh karenanya untuk mendapatkan efek fresh dari penampilannya, Rinda mengikuti paket gym di Paragon. Dengan memanfaatkan paket gym itu, Rinda mengaku sangat bangga dengan hasil yang sudah ia dapatkan; tubuh bagus, kulit kencang ditambah wajah menawan.
Di saat Rinda sangat peduli dengan urusan penampilan fisik, Citra sebut saja begitu justru mengaku tergila-gila dengan urusan waxing. Urusan perawatan wajah menurut Citra tak harus dilakukan sebulan sekali karena tak ada masalah dengan wajah putihnya. Sebaliknya kehalusan kulit kaki dan tangan, menurutnya jauh lebih penting karena dibandingkan wanita kebanyakan, bagian tubuhnya itu penuh dengan bulu-bulu halus. Menurutnya, seorang wanita akan kelihatan seksi apabila kulit tubuhnya halus, bersih dan bebas bulu.
Tak hanya membersihkan bulu-bulu halus di tangan dan kaki, Citra mengaku juga sangat memperhatikan kehalusan kulit pada bagian intim tubuhnya. Begitu pedulinya, Citra mengaku menjadi pelanggan loyal layanan bikini line LK Salon, sebuah salon eksklusif yang juga berlokasi di Solo Square. Dua kali dalam satu bulan, imbuh dia.
Bikini line adalah layanan membersihkan bulu-bulu halus di area bikini sekaligus membentuknya sesuai permintaan pelanggan. Bentuk yang umum diminta adalah bentuk pensil, bujur sangkar dan segita.
“Kalau aku paling suka yang bentuk hati. Berasa seksi. Sulit menjelaskannya,” ujar Citra yang mengaku sedang single saat ini. Serial Sex and The City hingga majalah Cosmopolitan adalah kiblatnya soal waxing di area intim ini.
Top stylist dari LK Salon, Adi mengatakan ada perubahan gaya hidup yang sangat besar pada para wanita kelas menengah hingga kelas atas di Kota Bengawan sekarang. Nyaris seperti gaya hidup wanita di ibukota, kata dia.
“Sangat modern. Semarang saja kalah. Karenanya saya betah di sini. Perawatan bikini line atau Brazilian waxing (membersihkan bulu halus di daerah intim seluruhnya) contohnya, bukan sesuatu yang asing lagi.
Bagi banyak pelanggan, perawatan seperti itu sudah jadi kebutuhan dan kebetulan salon kami inilah ahlinya. Membersihkan, membentuk bulu-bulu halus tanpa rasa sakit kecuali sensasi sesudahnya yang luar biasa adalah tujuan kami,” ujar dia.(api)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar